TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL TALCOTT PARSONS
TEORI FUNGSIONALISME
STRUKTURAL TALCOTT PARSONS
Pendekatan
fungsionalisme-struktural dapat dikaji melalui anggapan -anggapan dasar berikut:
a. Masyarakat
haruslah dilihat sebagai suatu sistem dari bagian-bagian yang saling
berhubungan satu sama lain
b. Hubungan
saling mempengaruhi di antara bagian-bagian suatu sistem bersifat timbal balik
c. Sekalipun
integrasi sosial tidak pernah dapat dicapi dengan sempurna, namun secara
fundamental sistem sosial selalu cenderung bergerak kearah keseimbangan yang
bersifat dinamis.
d. Sistem
sosial senantiasa berproses ke arah integrasi sekalipun terjadi ketegangan,
disfungsi dan penyimpangan.
e. Perubahan-perubahan
dalam sistem sosial, terjadi secara gradual (perlahan-lahan atau bertahap),
melalui penyesuaian-penyesuaian dan tidak secara revolusioner.
f. Faktor
paling penting yang memiliki daya integrasi suatu sistem sosial adalah
konsensus atau mufakat di antara para anggota masyarakat mengenai nilai-nilai
kemasyarakatan tertentu.
FUNGSI IMPERATIF SISTEM TINDAKAN
(AGIL)
Dalam teori struktural fungsional
Parsons ini, terdapat empat fungsi untuk semua sistem tindakan. Suatu
fungsi adalah kumpulan hal yang ditujukan pada pemenuhan kebutuhan tertentu
atau kebutuhan sistem. Secara sederhana, fungsionalisme struktural adalah
sebuah teori yang pemahamannya tentang masyarakat didasarkan pada model sistem
organik dalam ilmu biologi. Artinya, fungsionalisme melihat masyarakat sebagai sebuah
sistem dari beberapa bagian yang saling berhubungan satu dengan lainnya. Satu
bagian tidak bisa dipahami terpisah dari keseluruhan. Dengan demikian, dalam
perspektif fungsionalisme ada beberapa persyaratan atau kebutuhan fungsional
yang harus dipenuhi agar sebuah sistem sosial bisa bertahan. Parsons kemudian
mengembangkan apa yang dikenal sebagai imperatif-imperatif fungsional agar
sebuah sistem bisa bertahan. Imperatif-imperatif tersebut adalah Adaptasi,
Pencapaian Tujuan, Integrasi, dan Latensi atau yang biasa disingkat AGIL
(Adaptation, Goal attainment, Integration, Latency).
- Adaptasi, sebuah sistem ibarat makhluk hidup, artinya agar dapat terus berlangsung hidup, sistem harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada. harus mampu bertahan ketika situasi eksternal sedang tidak mendukung.
- Goal (Pencapaian), sebuah sistem harus memiliki suatu arah yang jelas dapat berusaha mencapai tujuan utamanya. Dalam syarat ini, sistem harus dapat mengatur, menentukan dan memiliki sumberdaya untuk menetapkan dan mencapai tujuan yang bersifat kolektif.
- Integrasi, sebuah sistem harus mengatur hubungan antar bagian yang menjadi komponennya. Sistem juga harus dapat mengelola hubungan antara ketiga fungsi penting lainnya.
- Latensi, Pemeliharaan pola, sebuah sistem harus melengkapi, memelihara dan memperbaiki pola-pola kultural yang menciptakan dan menopang motivasi.
Berdasarkan skema AGIL di atas,
dapat disimpulkan bahwa klasifikasi fungsi sistem adalah sebagai Pemeliharaan
Pola (sebagai alat internal), .Integrasi (sebagai hasil internal),
Pencapaian Tujuan (sebagai hasil eksternal), Adaptasi (alat eksternal).
Prasyarat fungsional bagi sistem
sosial:
- Terstruktur, dapat beroperasi dengan baik bersama sistem lain.
- Didukung sebelumnya oleh sistem lain, agar dapat bertahan hidup.
- Signifikan memenuhi proporsi kebutuhan aktor-aktornya.
- Menimbulkan partisipasi yang memadai dari anggotanya.
- Memiliki kontrol minimum terhadap perilaku yang berpotensi merusak.
- Memerlukan bahasa agar bertahan hidup.
Organisme Behavioral
Meskipun memasukan organisme behavioral
dalam salah satu sistem tindakan, Parsons tidak begitu detil membahasnya.
Organisme behavioral dalam karya Parsons merupakan sistem bekas dan merupakan
sumber energi bagi seluruh sistem. Sistem ini kemudia berubah nama menjadi
“sistem perilaku”.
Kritik terhadap Parsons:
1. Orientasinya statis, sehingga terlalu
banyak mencurahkan perhatian pada perubahan.Karya-karyanya tentang perubahan
sosial dinilai sangat statis & terstruktur.
2. Pada saat dia melakukan elaborasi
(pengerjaan dengan teliti) sisi sistem & teori, tindakan dia telah
menerapkan seluruh terminologi dan asumsi kaum fungsionalis yang telah
diketahui bahwa begitu problematis dari berbagai sudut pandang.
3. Parsons tidak pernah berhasil
menjelaskan secara tepat, realitas sosial empirik yang bagaimana ia bicarakan.
4. Definisi yang ia buat, tetap merupakan
pengujian neoskolastik (sesuatu yang berhubungan dengan penyelidikan
hukum-hukum filsafat baru) yang mencoba mengatasi suatu ketidakjelasan melalui
sarana lainnya.
Inti dari kritik untuknya, Parsons tidak
menyadari bahwa sebagian besar pernyataannya yang dibuat tentang suatu
masyarakat harus dibatasi keumumannya. Salah satu alasan yang paling pokok
tentang ketidakjelasan Parsons adalah bahwa dia mendefinisikan terminologinya
tanpa ada tujuan penelitian maupun problema yang masuk akal.
Kelemahan teori
fungsionalisme-struktural & AGIL:
Bahwa pandangan pendekatan ini terlalu
bersifat umum atau terlalu kuat memegang norma, karena menganggap bahwa
masyarakat akan selalu berada pada situasi harmoni, stabil, seimbang, dan
mapan. Ini terjadi karena analogi dari masyarakat dan tubuh manusia yang
dilakukan oleh Parson bisa diilustrasikan, bahwa tidak mungkin terjadi konflik
antara tangan kanan dengan tangan kiri, demikian pula tidak mungkin terjadi ada
satu tubuh manusia yang membunuh dirinya sendiri dengan sengaja. Demikian pula
karakter yang terdapat dalam masyarakat.
Dengan kata lain, suatu sistem sosial,
akan selalu terkait secara harmonis, berusaha menghindari konflik, dan tidak
mungkin akan menghancurkan keberadaannya sendiri.
Komentar
Posting Komentar